SINGGAH LE


widgeo.net

Ku Li

Rabu, 9 November 2011

Penghinaan Terhadap Islam Oleh Penguasa Negara (Bahagian 2)

Mempermainkan Nabi SAW 
  • Kebencian Qaddafi terhadap Nabi SAW dan sunahnya tidak boleh ditutupi, bahkan ia mengumumkannya di depan awam dengan berbangga diri dan penuh keangkuhan. Tidak hairan apabila ia memerintahkan membakar kitab-kitab hadits dengan alasan kitab kuning yang telah usang dan ketinggalan zaman. Lebih dari itu, Qaddafi mengingkari As-sunnah sebagai sumber kedua ajaran Islam. Qaddafi mencampakkan kalender hijrah. Sebagai gantinya, ia menetapkan sistem kalender baru yang dimulai dengan wafatnya Nabi SAW.

    Berdalih atas tindakannya itu, Qaddafi mengatakan, “ Ada banyak peristiwa sejarah yang saya yakini lebih penting dari hijrah Nabi… di antaranya adalah kewafatan Nabi SAW. Wafatnya Rasul SAW setara dengan kelahiran Isa AS… Jika kita harus membuat kalender dengan berpandukan kepada peristiwa-peristiwa sejarah, maka yang lebih utama adalah dengan berpandukan kepada kewafatan Nabi SAW. Di antara peristiwa penting adalah kewafatan Nabi, sehingga kita boleh menetapkan kalender atau menuliskan untuk umat manusia suatu sejarah sampai setelah berlalu jutaan tahun, bahawasanya ada seorang rasul penutup para nabi yang wafat pada tahun sekian, atau telah berlalu kewafatannya sejak sekian tahun atau sekian abad.” (Khuthab wa Ahadits al-Qaid ad-Diniyahhal. 290)

    Qaddafi juga menyatakan alasan  tersebut dengan mengatakan, “ Jadi Umar bin Khatab adalah orang yang menyatakan ’Tahun ini tahun hijrah’. Itu adalah pendapatnya peribadi. Namun kita juga punya pendapat sendiri. Kita berpendapat…kita boleh menyatakan bahawa peristiwa hijrah tidaklah memiliki erti sepenting itu. Hal yang lebih penting darinya adalah penaklukan Mekah. Dan yang lebih penting lagi adalah wafatnya Nabi SAW.”  (Khuthab wa Ahadits al-Qaid ad-Diniyahhal. 300-301)
Sungguh ganjil. Wafatnya Rasulullah SAW dianggap sebagai mukjizat yang sama dengan keajaiban kelahiran nabi Isa AS. Siapakah yang merasa gembira dengan wafatnya Rasulullah SAW, sehingga merayakannya dan menjadikannya sebagai permulaan kalender? 
Tiada orang yang bergembira dan merayakan wafatnya Rasulullah SAW dengan cara seperti itu selain orang Yahudi, Nasrani, Majusi, dan musyrikin yang memendam kebencian terdalam terhadap diri Rasulullah SAW!



Rasulullah SAW bersabda, “ Wahai manusia! Siapapun seorang mukmin yang ditimpa oleh sebuah musibah, maka hendaklah ia berdukacita dengan musibah (kehilangan)ku sebagai ganti dari berdukacita kerana kehilangan orang lain. Sesungguhnya tiada seorang pun dari umatku yang tertimpa musibah yang lebih berat dari musibah kehilanganku.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir no. 7879)


Bekas ibu pengasuh Nabi SAW, Ummu Aiman menangis di hadapan Abu Bakar dan Umar. Keduanya bertanya kepada Ummu Aiman tentang sebab ia menangis, maka ia menjawab, “Aku tidak menangisi peribadi beliau SAW, kerana aku mengetahui balasan di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah SAW. Namun aku menangis kerana wahyu Allah telah terputus (dengan meninggalnya Rasulullah SAW).” Maka Abu Bakar dan Umar ikut menangis. (HR. Muslim)

Bekas pembantu Nabi SAW, Anas bin Malik berkata, “ Pada hari Rasulullah SAW tiba di Madinah, segala sesuatu bersinar terang. Namun pada hari beliau SAW wafat, segala sesuatu di Madinah menjadi gelap.” Anas berkata lagi, “Tangan-tangan kami telah selesai menimbun jenazah Nabi SAW, namun hati kami seakan mengingkari (kewafatan)nya.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad. Dinyatakan shahih oleh imam Ibnu Katsir dan syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no. 1631)

Penghinaan dan kebencian Qaddafi kepada Rasulullah SAW tidak berhenti setakat urusan sistem tarikh kalendar kontroversi ini. Dalam khutbahnya pada acara perayaan maulid Nabi SAW di masjid Maulaya Muhammad, ibukota Tripoli pada 19 Februari 1978, Qaddafi mengatakan: ” Jika aku mengatakan kepada anda semua, Rasulullah, maka kalian semua menjawab Shallallahu ‘alaihi wa salam. Namun jika aku mengatakan kepada anda semua, Allah, ternyata anda semua tidak mengatakan apa-apa. Ini merupakan sebuah bentuk penghambaan (bertuhankan Nabi SAW, edt) dan paganism yang kita jalani…Jika sekarang saya mengatakan Allah sebanyak seribu kali, ternyata keadaannya biasa saja. Namun ketika saya mengatakan Rasulullah, setiap orang di antara kita mengatakan Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seakan-akan perkara itu berarti kita lebih takut kepada Rasulullah melebihi takut kita kepada Allah. Atau seakan-akan kita merasakan Rasulullah lebih dekat kepada kita melebihi dekatnya Allah kepada kita. Ini sepenuhnya sama dengan orang-orang Masehi (Nasrani, edt) yang mengatakan: ‘Isa lebih dekat kepada kita daripada Allah’.

Di dalam Al-Qur’an tidak ada ayat yang menegaskan: ‘Sesungguhnya Nabi bersabda: Anda semua wajib mengikuti semua ucapan yang aku katakan!’ Jika ada ayat seperti itu, maka dimana gerangan perkataan yang ia ucapkan selama 40 tahun sebelum diangkat menjadi nabi? Telah dipastikan bahawa ia juga berbicara sebelum diangkat menjadi nabi. Jika Nabi mengatakan ‘Ikutilah hadits (sabda)ku!’, maka itu ertinya haditsnya akan diberlakukan sebagai pengganti dari Al-Qur’an. Namun secara terus-menerus ia menegaskan kewajiban berpegang teguh dengan Al-Qur’an semata. Seandainya ia menganggap suci haditsnya dan menempatkannya dalam kedudukan yang sangat segera seperti Al-Qur’an, tentulah ia sudah membuat kitab lain yang akan menggantikan kedudukan Al-Qur’an.”katanya lagi 

Qaddafi jelas-jelas mengingkari perintah Al-Qur’an dan hadits sahih kepada umat Islam untuk banyak membaca salawat atas Nabi SAW. Qaddafi juga secara terang-terangan menolak hadits Nabi SAW, dan mengingkari ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi SAW, dan ijma’ ulama yang memerintahkan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta menempatkan As-sunnah sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah Al-Qur’an.

Qaddafi juga mengingkari ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits shahih, dan ijma’ ulama yang menyatakan Nabi SAW diutus kepada seluruh umat manusia dan jin. 


Dalam pertemuan dengan para pensyarah universiti pada  9 Februari 1982, Qaddafi mengatakan, “ Jasad bangsa Arab adalah nasionalisme Arab dan ruh mereka adalah Islam, kerana Muhammad diutus kepada bangsa Arab semata-mata! Al-Qur’an datang untuk bangsa Arab dan dengan bahasa Arab, ditujukan kepada bangsa Arab saja.Siapa pun orang selain bangsa Arab yang memeluk agama Islam, pada hakikatnya adalah sukarela saja (bukan wajib, edt). Urusannya terserah Allah, namun sebenarnya ia tidak dimaksudnya (sebagai objek dakwah Al-Qur’an dan Islam, edt).”



Dalam pertemuan Sekretariat Jenderal Sementara Konferensi Internasional Bangsa-bangsa Islam pada 19 Disember 1989, Qaddafi mengatakan kebencian dan penghinaannya kepada Nabi SAW dan para sahabat. 

Qaddafi menyatakan, “ Ketika para sahabat Rasul SAW menjadi para penguasa, maka mereka diinjak-injak dengan kaki dalam kapasiti mereka sebagai para penguasa awam. Usman dibunuh dalam kedudukannya sebagai ketua negara republik atau raja. Umar dengan keadilannya menjadi seorang penguasa, dan menaklukkan Parsi dan Rom. Ali diperangi oleh kaum muslimin. Orang-orang terdekat, pengikut-pengikut, dan kawan-kawannya telah memisahkan diri darinya. Kenapa? Kerana ia berkeinginan  kekuasaan dan ingin menjadi ketua negara republik. Seandainya Muhammad SAW menjadi ketua negara republik, niscaya orang-orang akan meninggalkannya.” 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan