Pasukan penyiasat keselamatan penerbangan
Perancis (BEA) mengadakan sidang media pada Ahad 13/3/16, terkait penyebab
kecelakaan pesawat Germanwings di Pergunungan Alps, tahun lalu.
Senada dengan penyiasatan polis beberapa bulan lalu, pasukan ini juga
menyimpulkan pesawat jatuh kerana pilot bunuh diri.
Sky News melaporkan secara langsung dari lokasi sidang media yang masih berlangsung sampai berita ini dilansir. Hasil laporan ratusan halaman itu dibacakan Ketua BEA, Remi Jouty.
Salah satu rekomendasi
yang dibacakan Jouty adalah perlunya setiap syarikat penerbangan membuat
ujian kejiwaan rutin kepada seluruh pilot. Selain itu,
BEA menyarankan asas kerahsiaan hasil ujian psikologi tidak berlaku jika
pilot terindikasi mengidap gangguan kejiwaan. Lesen terbang pilot
dipercayai
stres harus digantung seketika.
"Pendekatan ini penting untuk menghindari situasi pilot dalam kondisi
mental tidak stabil mengendalikan pesawat," kata Jouty. Pemeriksaan
kejiwaan ini sudah dijalankan industri pengangkutan lainnya, termasuk
perusahaan keretapi di seantero Eropah.
Pesawat jenis Airbus A320 route Barcelona menuju Dusseldorf itu
melanggar gunung setelah menukik tajam dari ketinggian 1,500 meter di
atas permukaan laut, menuju titik terakhir radar di level 200 meter
hanya dalam delapan minit.
Sampai beberapa detik
sebelum menghujam pergunungan, pesawat itu
dikendalikan oleh kopilot Andreas Lubitz. Lelaki asal Kota Montabaur,
German, itu dinyatakan oleh BEA terbukti mengidap gangguan jiwa serta
depresi tingkat menengah. Lubitz makan pil anti-depresan beberapa
minggu sebelum insiden nahas tersebut. Kopilot 28 tahun itu memperbarui
lesen terbangnya pada November 2014.
"(Lubitz) mengidap gejala yang secara klinikal disebut episode depresif psikotik ketika kejadian," imbuh Jouty.
Andreas Lubitz, kopilot Germanwings yang bunuh diri 2015 Merdeka.com/AFP
Insiden pada 24 March 2015 itu menyebabkan seluruh 144 penumpang dan
enam kru meninggal . Korban berasal dari German, Sepanyol, Britain, Kolombia, hingga
Kazakhstan. Korban maut termasuk dua bayi dan rombongan 16 pelajar
dari German yang sedang melancung.
Pasukan BEA memastikan Germanwings jatuh akibat aksi Lubitz bunuh diri,
berdasarkan rakaman suara kokpit (CVR) serta kotak hitam pesawat.
Insiden bermula ketika Pilot Patrick Sondenheime keluar dari kokpit
kerana ke kamar kecil. Ketika hendak masuk semula, pintu ruang juru terbang tak
boleh diakses. Pintu itu dikunci dari dalam oleh Lubitz. Selanjutnya,
Lubitz mengganti kendali ke mode manual, lalu menurunkan secara ekstrem
ketinggian pesawat.
Pilot dipercayai sudah merasa ada yang aneh sehingga memanggil nama
kopilotnya dengan keras, bahkan cenderung berusaha membuka paksa pintu
dalam 10 minit akhir rakaman CVR. Selama rakaman itu, terdengar Lubitz
bernafas secara normal, menandakan dia secara sedar melakukan aksinya.
Pasukan BEA mengatakan pilot Patrick menggunakan segala cara, termasuk
memukul pintu kokpit memakai tabung pemadam api, untuk menyelamatkan
pesawat. "Terdengar suara benda keras dihantamkan ke pintu kokpit
sebelum pesawat jatuh," kata Jouty.
Keluarga korban berniat menggugat kembali syarikat penerbangan serta sekolah
penerbangan yang dulu diikuti Lubitz. Phillip Bramley (60) asal Britain,
ayah dari salah seorang korban Germanwings, mengatakan ada yang salah
dengan pemeriksaan psikologi di syarikat penerbangan itu maupun sekolah penerbangan.
"Seandainya 41 doktor yang pernah memeriksa (Lubitz) selama bekerja
tidak mengabaikan kondisi kejiwaannya, anak saya pasti masih hidup,"
ujarnya.
Laporan BEA juga memberi amunisi bagi keluarga korban untuk saman. Disebutkan dalam laporan ini, bahawa doktor tidak memeriksa
secara seksama bahawa Lubitz jelas-jelas mengidap gangguan jiwa.
"Seharusnya insiden ini boleh dihindari oleh syarikat penerbangan maupun regulator terkait," kata Jouty.
Sumber: Merdeka.com